[nasyid][slideshow]

Meski Mirip, Ini Keunikan Melayu Thai dengan Malaysia dan Indonesia



Sebuah fakta menarik terungkap dari negeri Gajah Putih, Thailand. Ternyata, keragaman linguistik di negara ini jauh lebih kaya dari yang diperkirakan. Di wilayah selatan Thailand, khususnya di Provinsi Songkhla, sebagian warganya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, keunikan bahasa Melayu yang dituturkan di sana terletak pada perbedaannya yang signifikan dengan dialek Melayu yang lazim ditemui di Indonesia maupun Malaysia.

Kisah ini terungkap dari pengalaman seorang pengajar di Phrateepsaart Islam Vittya Mulnithi School, sebuah sekolah di Provinsi Songkhla. Di lingkungan sekolah tersebut, tidak semua siswa dan guru fasih berbahasa Melayu. Fenomena dwibahasa menjadi hal yang lumrah, di mana sebagian warga menguasai baik bahasa Thai sebagai bahasa nasional maupun bahasa Melayu sebagai bahasa ibu.

Menariknya, pola penguasaan bahasa ini tidak simetris. Warga yang sejak lahir menggunakan bahasa Melayu umumnya mampu berbahasa Thai dengan lancar dan komprehensif. Sebaliknya, mereka yang tumbuh besar dengan bahasa Thai sebagai bahasa utama tidak semuanya memiliki kemampuan berbahasa Melayu.

Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu memiliki peran penting dalam kehidupan sosial dan budaya komunitas tertentu di wilayah selatan Thailand.

Dalam interaksi sehari-hari, para dwibahasawan ini menunjukkan fleksibilitas linguistik yang mengagumkan.

Mereka secara otomatis menyesuaikan bahasa yang digunakan dengan lawan bicaranya. Jika lawan bicara hanya menguasai bahasa Thai, maka bahasa Thai-lah yang akan digunakan. Begitu pula sebaliknya, jika lawan bicara hanya berbahasa Melayu. Namun, ketika berhadapan dengan sesama dwibahasawan, bahasa Melayu menjadi pilihan utama dalam berkomunikasi, memperkuat identitas dan keakraban di antara mereka.

Keunikan dialek Melayu yang dituturkan di Thailand selatan terletak pada perubahan fonetik yang khas. Hampir semua huruf vokal [a] yang berada di akhir kata mengalami pergeseran bunyi menjadi [o], mirip dengan pengucapan kata "logat" dalam bahasa Indonesia. Contoh-contoh transformasi ini sangat menarik untuk disimak. Kata "saya" berubah menjadi "sayo," "banyak" menjadi "banyok," "kakak" menjadi "kakok," dan seterusnya. Perubahan ini juga berlaku untuk frasa seperti "sama-sama" menjadi "samo-samo," "ada-ada" menjadi "ado-ado," dan "bapak-bapok."

Tidak hanya vokal akhir [a] yang mengalami perubahan, tetapi juga akhiran "-an" dan "-am." Dalam dialek Melayu Thailand selatan, kedua akhiran ini bertransformasi menjadi vokal [e], seperti dalam pengucapan kata "enak" dalam bahasa Indonesia. Contohnya, kata "makan" berubah menjadi "make," "jalan" menjadi "jale," "jangan" menjadi "jange," dan "bukan" menjadi "buke." Perubahan serupa juga terjadi pada kata-kata seperti "depan" menjadi "dape," "bulan" menjadi "bule," dan "enam" menjadi "ene." Bahkan, kata-kata serapan seperti "demam" menjadi "deme," "imam" menjadi "ime," "dalam" menjadi "dale," dan "paham" menjadi "pahe" atau "pehe" juga mengikuti pola perubahan ini.

Keunikan dialek Melayu Thailand selatan juga tercermin dalam kosakata kata tanya yang digunakan. Meskipun memiliki kemiripan dengan kata tanya dalam bahasa Melayu Indonesia dan Malaysia, terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Kata "siapa" berubah menjadi "piyo" atau "siapo," "di mana" menjadi "dok-mano," "bagaimana" menjadi "bekno," dan "apa" menjadi "gapo" atau "apo." Sementara itu, kata tanya "kapan" menjadi "bilo," "mengapa" menjadi "wakpo," dan "ke mana" menjadi "kano."
Perbedaan-perbedaan linguistik ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu yang berkembang di Thailand selatan memiliki sejarah dan jalur perkembangan yang unik, terpisah dari evolusi bahasa Melayu di wilayah Indonesia dan Malaysia. Kontak budaya dan bahasa dengan komunitas lokal Thailand selama berabad-abad kemungkinan besar telah berkontribusi pada pembentukan karakteristik khas dialek ini.

Fenomena bahasa Melayu di Thailand selatan menjadi pengingat akan kekayaan dan keragaman bahasa di kawasan Asia Tenggara. Meskipun bahasa Melayu memiliki akar yang sama, interaksi dengan lingkungan dan budaya yang berbeda telah menghasilkan variasi dialek yang menarik dan unik di berbagai wilayah. Keberadaan bahasa Melayu di Thailand selatan juga memperkaya khazanah linguistik global dan memberikan perspektif baru tentang penyebaran dan adaptasi bahasa Melayu di luar wilayah tradisionalnya.

Penelitian lebih lanjut mengenai sejarah, struktur, dan penggunaan bahasa Melayu di Thailand selatan sangat penting untuk memahami lebih dalam tentang dinamika linguistik dan budaya di wilayah ini. Dokumentasi dan pelestarian dialek unik ini juga menjadi hal yang krusial untuk menjaga warisan budaya dan identitas masyarakat penuturnya.

Kisah tentang bahasa Melayu di Thailand selatan adalah cerita tentang bagaimana bahasa dapat melintasi batas-batas geografis dan politik, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan melahirkan bentuk-bentuk ekspresi yang unik. Keragaman bahasa adalah kekayaan yang patut dihargai dan dilestarikan, karena di dalamnya terkandung sejarah, budaya, dan identitas suatu komunitas. Keunikan bahasa Melayu di Thailand selatan adalah salah satu permata dalam mozaik keanekaragaman linguistik dunia.

Penemuan ini juga membuka peluang untuk kolaborasi akademik dan budaya antara Thailand, Indonesia, dan Malaysia dalam upaya memahami lebih jauh tentang sejarah penyebaran bahasa Melayu dan evolusi dialek-dialeknya.

Pertukaran pengetahuan dan penelitian bersama dapat memperkaya pemahaman kita tentang akar budaya dan linguistik yang saling terkait di kawasan Asia Tenggara.

Kisah dari Provinsi Songkhla ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya menghargai dan mengakui keberadaan bahasa-bahasa minoritas dan dialek-dialek lokal di setiap negara. Keragaman linguistik adalah bagian tak terpisahkan dari kekayaan budaya suatu bangsa dan perlu mendapatkan perhatian serta upaya pelestarian yang memadai.

Bahasa Melayu Thailand selatan, dengan segala keunikan fonetik dan leksikalnya, adalah bukti hidup dari dinamika bahasa yang terus berkembang dan beradaptasi seiring dengan waktu dan interaksi antarbudaya. Kisah ini mengajak kita untuk lebih peka terhadap keragaman bahasa di sekitar kita dan menghargai setiap dialek sebagai bagian dari warisan budaya yang tak ternilai harganya.

Dengan memahami dan mengapresiasi keberagaman bahasa, kita dapat membangun jembatan komunikasi dan pemahaman yang lebih baik antar komunitas dan bangsa. Kisah tentang bahasa Melayu di Thailand selatan adalah sebuah jendela yang membuka wawasan kita tentang kekayaan linguistik Asia Tenggara dan pentingnya menjaga keberagaman ini untuk generasi mendatang.

Keunikan bahasa Melayu di Thailand selatan juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang tertarik dengan aspek budaya dan bahasa. Pengalaman berinteraksi dengan penutur bahasa Melayu dengan dialek yang khas ini dapat menjadi pengalaman yang memperkaya dan tak terlupakan.

Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat Thailand untuk memberikan perhatian dan dukungan terhadap pelestarian bahasa Melayu di wilayah selatan. Upaya dokumentasi, pendidikan, dan promosi bahasa ini dapat membantu menjaga keberadaannya dan mencegah kepunahan di masa depan.

Kisah tentang bahasa Melayu di Thailand selatan adalah sebuah narasi yang menarik tentang bagaimana bahasa dapat bertahan dan berkembang di tengah arus globalisasi dan dominasi bahasa nasional. Keunikan dialek ini adalah cerminan dari sejarah panjang interaksi budaya dan adaptasi linguistik di wilayah tersebut.

Sebagai penutup, penemuan tentang keberadaan bahasa Melayu dengan dialek yang unik di Thailand selatan adalah sebuah kejutan yang menyenangkan dan memperkaya pemahaman kita tentang keragaman linguistik di Asia Tenggara. Kisah ini mengajak kita untuk terus menggali dan menghargai kekayaan bahasa yang tersembunyi di berbagai sudut dunia.

Tidak ada komentar:

Nasyid

[batak][stack]

Qasidah

[qasidah][grids]